Suatu sore yang mendung, saat saya sedang berjalan pulang dari toko, terdengar suara lirih dari balik semak-semak di pinggir jalan. Awalnya saya pikir itu hanya suara burung, tapi saat saya mendekat, saya melihat seekor induk kucing yang sedang meringkuk dalam keadaan lemah. Tubuhnya kurus, bulunya kusut, dan yang paling mengejutkan—perutnya tampak besar. Ternyata ia sedang hamil.
Tanpa pikir panjang, saya mengambil jaket saya dan membungkus kucing itu perlahan. Ia tidak melawan, seolah tahu bahwa saya ingin menolongnya. Saya membawanya pulang dan menyiapkan tempat tidur dari kardus yang diberi selimut bersih. Saya memberinya makanan basah dan air hangat. Dalam beberapa jam, ia mulai tampak lebih tenang.
Keesokan harinya, saya membawanya ke dokter hewan untuk memastikan kondisinya. Dokter mengatakan bahwa usia kehamilannya sudah cukup tua dan kemungkinan besar ia akan melahirkan dalam beberapa hari. Untungnya, tidak ada masalah serius pada kesehatannya.
Selama beberapa hari berikutnya, saya merawatnya dengan penuh kasih. Ia mulai mempercayai saya, bahkan mengeong lembut saat saya datang membawa makanan. Lalu, pada malam yang tenang, terdengar suara kecil dari dalam kotak tidurnya—ia mulai melahirkan.
Prosesnya berlangsung selama beberapa jam. Dengan sabar, saya menemani dari jarak aman. Lima ekor anak kucing lahir malam itu, semuanya sehat dan langsung menyusu pada induknya. Rasanya tak bisa dijelaskan—campuran antara haru, lega, dan bahagia.
Induk kucing itu kini saya beri nama “Mimi.” Ia dan anak-anaknya tumbuh sehat di rumah kecil kami. Beberapa minggu ke depan, saya akan mencari adopter yang bertanggung jawab untuk anak-anaknya. Tapi Mimi akan tetap tinggal bersama saya—karena sejak hari itu, dia bukan hanya kucing jalanan yang diselamatkan, tapi sudah menjadi bagian dari keluarga.
